Selalu Ada Rizki, Dalam Menuntut Ilmu. Kisah Nyata. Part 2

Setelah memutuskan untuk melanjutkan sekolah, Lia mengurus kepindahan sekolah dibantu oleh paman pertamanya. Awalnya Lia berangkat sekolah dengan berjalan kaki, bersama kakak kelas yang masih satu desa dengannya. Namun setelah kakak kelasnya lulus sekolah. Lia mulai naik angkot, ketika berangkat maupun pulang sekolah. Lia bersyukur karena tiap minggu saudaranya menyuruh Lia untuk mencuci baju dirumahnya. Sehingga uang yang Lia dapatkan, bisa ia manfaatkan untuk membayar angkot pergi dan pulang sekolah. Sedangkan ketika teman-temannya keluar kelas untuk membeli jajan di jam istirahat, Lia hanya terdiam didalam kelas dengan posisi duduk dan kepala menghadap kebawah seperti sedang tidur. Terkadang neneknya juga memberi uang saku kepada Lia, walaupun awalnya Lia menolak karena tidak mau merepotkan atau membebani neneknya, namun neneknya tetap memaksa, sehingga akhirnya Lia menerima uang tersebut dengan perasaan tak enak tapi juga terharu. Namun Liapun harus menghemat uang sakunya tersebut walaupun sesekali ia ikut bergabung bersama teman-temannya untuk membeli jajan diwarung.

Rizki dari Allah subhanahu Wa Ta'ala yang datang dari arah yang tak terduga lainnya adalah sang kakak yang dari kecil sudah terpisah karena tinggal bersama keluarga pihak ayahnya sedangkan Lia tinggal bersama keluarga pihak ibunya, datang tiap bulan untuk memberi uang kepada Lia. Dan uang yang Lia peroleh tersebut, ia manfaatkan untuk membayar spp tiap bulan hingga ujian akhir sekolahpun tiba. Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk ujian hingga kelulusan sekolah tidak sedikit. Disini rizki yang tak terduga dari Allah Subhnahu Wa Ta'ala lainnya datang melalui usaha yang dilakukan nenek dan paman pertamanya, hingga Alkhamdulillah Lia yang sebelumnya merasa tidak akan melanjutkan sekolahnya namun dari lubuk hati yang paling dalam masih ingin melanjutkan, dengan segala kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Liapun dapat lulus sekolah tingkat atas.


Setelah lulus sekolah tingkat atas, Lia masih berharap bisa melanjutkan sekolahnya namun tentu Lia berharap setelah ia bisa bekerja dan berharap benar-benar bisa membiayai sekolahnya sendiri. Beberapa hari setelah kelulusan saudaranya memberikan informasi lowongan kerja sebagai pembantu rumah tangga. Baginya kerja apa saja tak masalah, asalkan khalal. jadi sebelum ijazah sekolah ia terima, Lia sudah pergi ke ibu kota bekerja sebagai pembantu rumah tangga, bersama satu teman sedesanya. Namun Lia hanya bertahan tiga bulan saja, bekerja ditempat tersebut. Dikarenakan beberapa alasan salah satunya ketiga teman yang sebelumnya bekerja bersama dirumah tersebut tiba-tiba sudah tidak bekerja lagi. Ketiga teman tersebut adalah satu keluarga ibu sebagai tukang masak atau sebut saja dengan nama samaran yaitu mak asih, satu anak laki-lakinya sebut saja yanto sebagai satpam, satu anak laki-lakinya lagi sebut saja ropi sebagai tukang bersih-bersih. setelah mereka keluar bersama suasana menjadi terasa hening dan sepi bagi Lia. jadi setelah gajian bulan ke tiga Liapun berpamitan untuk pulang dan keluar dari pekerjaan tersebut.


Sebelum keluar dari pekerjaan, Lia mengabari mak asih perihal rencananya tersebut. Kemudian ketika Lia sudah keluar dari pekerjaan dan hendak pulang ke kampung halaman, mak asih menyuruh yanto mengantar Lia ke terminal sambil memberitahu bahwa saudaranya adalah penyalur pembantu rumah tangga. jadi jika suatu hari Lia ingin bekerja lagi, mak asih menyarankan supaya Lia menghubungi nomer yanto. Liapun berterima kasih kepada mak asih sekeluarga yang sudah peduli, baik dan mau membantunya. Di mana ia menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di ibu kota yang saat itu belum ia ketahui seluk beluknya.

Bersambung ke Part 3 Kembali ke Part 1

0 Response to "Selalu Ada Rizki, Dalam Menuntut Ilmu. Kisah Nyata. Part 2"

Post a Comment